MIKOTOKSIN / MYCOTOXIN

Posted by Unknown On Sabtu, 11 Januari 2014 0 komentar
Mikotoksin (mycotoxin) adalah zat (metabolit sekunder) yang disintesis dan dikeluarkan selama pertumbuhan fungi (jamur) tertentu. Zat ini sebenarnya merupakan pertahanan dari tanaman atau biji tanaman dari serangan parasit. Jika fungi (jamur) mati, maka produksi miotoksin akan berhenti, tetapi mikotoksin yang telah terbentuk tidak hilang. Mikotoksin merupakan bahan kimia yang stabil dan dapat bertahan dalam waktu yang lama. Mikotoksin merupakan zat yang berbahaya, karena hanya dengan jumlah yang sangat sedikit (nano gram – mikro gram/gram bahan) saja dapat menyebabkan beberapa kerugian. Mikotoksikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh jamur yang termakan bersama-sama bahan pakan yang tercemar.
Dari lebih dari 100.000 spesies fungi (jamur) yang diketahui, hanya beberapa yang dapat memproduksi mikotoksin. Beberapa fungi (jamur) yang diketahui dapat menghasilkan mikotoksin yang sangat berbahaya di bidang pertanian dan peternakan adalah FusariumAspergillus, dan Penicilium sp. Diketahui pula bahwa 1 spesies fungi dapat menghasilkan lebih dari 1 jenis mikotoksin. Jarang hanya ada 1 mikotoksin per jenis tanaman atau biji-bijian, biasanya ada 2 atau lebih jenis mikotoksin.
Mikotoksin dapat dihasilkan selama masa tanam (field toxin) maupun setelah dipanen dan selama penyimpanan (storage toxin). Mikotoksin yang dihasilkan oleh Fusarium sp (misalnya trichothecenes, zearalenone and fumonisins) biasanya termasuk golongan field toxin. Mikotoksin ini dihasilkan jamur selama proses pertumbuhan tanaman/biji-bijian ketika kondisi cuaca kurang baik misalnya cuaca yang hangat atau hawa dingin yang berkepanjangan, musim hujan dan kelembaban tinggi. Aflatoxin dan ochratoxins termasuk dalam storage yang umumnya disebabkan oleh Aspergillus dan Penicilium dalam kondisi yang buruk. Storage toxin dihasilkan ketika bahan pakan dipanen dan disimpan dalam kondisi yang buruk misalnya terlalu lembab atau basah.
Tidak mudah untuk mendeteksi masalah yang berhubungan dengan mikotoksin karena efek yang ditimblkan bervariasi tergantung toksin/racun (jumlah dan lamanya dikonsumsi), hewan ( spesies, jenis kelamin, umur, breed, kesehatan, status imunitas, nutrisi), dan lingkungan (manajemen, higienitas, suhu, dll). Efek yang ditimbulkan bisa mulai dari tidak terlihat gejala sampai terjadi kematian yang cepat. Jumlah dan lama mengkonsumsi pakan yang mengandung mikotoksin mempengaruhi akumulasi mikotoksin yang ada dalam tubuh. Walaupun tidak segera menimbulkan gejala mikotoksikosis, jika sudah mencapai ambang batas gejala akan muncul. Umur ayam juga mempengaruhi kejadian mikotoksikosis. Umur muda lebih rentan terhadap mikotoksikosis. Status kesehatan dan stress juga mempengaruhi kejadian mikotoksikosis. Pada kondisi stress, ayam akan lebih mudah terkena mikotoksikosis. Genetik juga merupakan salah satu faktor kejadian mikotoksikosis. Misalnya, itik lebih peka terhadap mikotoksin daripada ayam. Jenis kelamin juga mempengaruhi kejadian mikotoksikosis.
Berikut jenis-jenis tanaman/biji-bijian yang dapat tercemar oleh fungi penghasil mikotoksin:
JENIS TANAMAN/BIJI-BIJIANJENIS MIKOTOKSIN
ALFALFA/LUCERNEAFLATOKSIN, ZEARALENON
BARLEY (JAWAWUT)AFLATOKSIN, DON, NIV, TOKSIN T-2, DAS, ZEARALENON, OKRATOKSIN A, STERIGMATOSISTIN, SITRININ, VIOMELEIN, ZANTOMEGNIN, VIOSANTIN
CASSAVA (SINGKONG) /TAPIOKAAFLATOKSIN, ZEARALENON
BIJI KAPASAFLATOKSIN
KACANG TANAH/GROUNDNUTSAFLATOKSIN, ASAM SIKLOPIAZONAT, OKRATOKSIN A, SITRININ, ZEARALENON,VERUKULOTOKSIN
MAIZE/JAGUNGAFLATOKSIN, ZEARALENON, DON, TOKSIN T-2, DAS, NIV, BUTENOLIDA, MONOLIFORMIN, FUMONISIN, ASAM SEKALONAT, SITRIOVIRIDIN
MILETAFLATOKSIN, ALKALOID ERGOT, ASAM SIKLOPIAZONAT
OATSAFLATOKSIN, DON, TOKSIN T-2, NS,  ZEARALENON, OKRATOKSIN A, SITRININ
RYEAFLATOKSIN, DON, NIV, ZEARALENON, OKRATOKSIN A, SITRININ, ALKALOID ERGOT
PADIAFLATOKSIN, ZEARALENON, OKRATOKSIN A, STERIGMATOSISTIN, SITRININ
SORGHUM/MILOAFLATOKSIN, TOKSIN T-2, ZEARALENON, OKRATOKSIN A
KEDELAI/MINYAK KEDELAIAFLATOKSIN
GANDUMAFLATOKSIN, DON, NIV, ZEARALENON, OKRATOKSIN A, STERIGMATOSISTIN, SITRININ, ALKALOID ERGOT, VIOMELEIN, ZANTOMEGNIN, VIOSANTIN

 Faktor pendukung pembentukan mikotoksin:
  • Iklim (suhu dan kelembaban tinggi):  suhu lebih dari 30oC dan kelembaban relatif sekitar 80 – 85%. Daerah-daerah di iklim tropis seperti Indonesia, merupakan tempat yang sangat cocok untuk pembentukan mikotoksin (mycotoxin) karena memang Indonesia terletak di garis khatulistiwa dengan suhu dan curah hujan yang tinggi.
  • Jenis dan kepekaan tanaman
  • Jenis jamur (fungi) pencemar
  • Penggunaan fungisida
  • Penanganan pasca panen
  • Kondisi pengeringan dan penyimpanan: kondisi tempat penyimpanan yang kurang baik seprti tempat yang pengap dan lembab menyebabkan jamur mudah tumbuh dan mikotoksin lebih cepat terbentuk. Kondisi pakan/bahan pakan yang tengik mengindikasikan mulai ada pertumbuhan jamur.

Pencegahan
Menciptakan sistem budidaya yang optimal serta selalu memperhatikan kualitas bahan baku termasuk mengoptimalkan penyimpanan dan distribusi. Penyimpanan bahan tersebut sebaiknya jangan melebihi kadar air 13-14%, karena pada kadar air di atas ambang tersebut mikotoksin diproduksi. Mikotoksin diproduksi pada kelembaban lebih dari 75% dan temperatur di atas 20°C, dengan kadar air bahan baku pakan di atas 16%.
Menggunakan mikotoksin adsorbent atau mikotoksin binder (pengikat mikotoksin). Adapun kriteria mycotoxin binder yang baik adalah sebagai berikut (http://www.majalahinfovet.com/2008/06/persoalan-jamur-pada-musim-hujan.html):
1. Mampu mengikat mikotoksin yang beragam (tidak hanya satu jenis mikotoksin).
2. Mampu mengikat toksin dalam level yang sangat tinggi.
3. Mampu mengikat mikotoksin meskipun dalam konsentrasi yang rendah.
4. Produk tersebut harus stabil terhadap panas dan pH.
5. Penggunaanya harus dalam jumlah sedikit sehingga tidak menyulitkan dalam penyusunan ransum.
6. Relatif tidak mengikat nutrisi lain yang berguna untuk pertumbuhan seperti vitamin dan asam amino.

IMMUNO-FORTE mengandung konsentrat mannan oligosaccharide (MOS) dan beta glucans dalam konsentrasi tinggi. IMMUNO-FORTE cocok digunakan untuk peternakan dengan riwayat kasus mikotoksikosis cukup tinggi maupun rendah, serta baik digunakan sebagai pencegahan. MOS diketahui dapat menyerap mikotoksin yang terdapat dalam pakan.
Kapasitas MOS dalam mengikat mikotoksin (Bronius Bakutis, 2005):
MycotoxinsAdsorbing (%)
AflatoxinFumonisinZearalenoneT-2 Toxin
Citrinin
Deoxynivalenol
Ochratoxin A
Nivalenol
95.067.077.033.4
18.4
12.6
12.5
8.2

0 komentar:

Posting Komentar