Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur / Layer (Bagian 2): Biosecurity dan Vaksinasi

Posted by Unknown On Senin, 13 Januari 2014 0 komentar
BIOSECURITY
Biosekuritas (biosecurity) adalah perlindungan dari penyebaran penyakit infeksius, parasit, dan hama ke unit produksi. Biosekuriti (biosecurity) dapat juga diartikan sebagai beberapa prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak antara ayam dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit sehingga dapat menekan resiko dan konsekuensi penularan penyakit. Dengan demikian, biosekuriti (biosecurity) dapat dikatakan sebagai pertahanan terdepan pada suatu peternakan. Penjelasan tentang biosecurity telah kami jelaskan pada artikel kami Biosecurity (biosekuritas). Klik link.
Beberapa contoh pelaksanaan biosecurity dalam peternakan ayam broiler di antaranya klorinasi air minum dan penggunaan desinfektan.
PEMBUATAN LARUTAN KLORIN
1 kg kaporit 65% (bubuk) dilarutkan dalam 72 liter air, aduk kemudian diamkan selama 24 jam sampai mengendap. Ambil bagian larutan yang bening untuk dicampurkan ke dalam air minum, dengan takaran sbb:
Larutan Kaporit (ml)Air Minum (liter)Konsentrasi
1 ml
5 ml
10 ml
10 liter
10 liter
10 liter
1 ppm
5 ppm
10 ppm
Hindari kondisi yang dapat mengurangi efektifitas klorin, antara lain: panas, sinar matahari, lumut, lendir, dsb. Wadah harus tertutup rapat untuk menghindari penguapan.
PEMBUATAN LARUTAN DESINFEKTAN   
DesinfektanDosisKeterangan
Fumigasi21 ml formalin 37% +
21 ml air +
17 gram PK
Fumigasi 1 mruangan.
Desinfeksi saat transfer pakan dan fumigasi sekam.
Formalin 2%1 liter formalin 37% +
19 liter air
Desinfeksi saat transfer pakan dan sanitasi kandang.
BKC 10%2 ml per liter air
6 ml per liter air
Foot dipping.
Desinfeksi peralatan.
Klorin5 ppm
10 ppm
Desinfeksi air minum.
Desinfeksi peralatan minum.


 VAKSINASI
 A. PENYIMPANAN VAKSIN
  • Vaksin harus disimpan dalam refrigerator bersuhu 2-8˚C (bukan freezer), terhindar dari panas dan sinar matahari langsung.
  • Apabila hendak mengangkut vaksin ke tempat yang jauh, vaksin harus ditempatkan dalam wadah yang memiliki daya isolasi cukup baik terhadap suhu luar (misal: termos atau sterofoam box), dengan diberi es batu di dalamnya.

B. KONDISI YANG HARUS DIPERHATIKAN
  • Jenis, dosis, dan waktu pemberian vaksin harus tepat. Vaksin belum kadaluwarsa.
  • Pastikan ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat (ayam sakit tidak boleh divaksin).
  • Jangan melakukan kegiatan vaksinasi saat suhu udara sangat panas (maksimal 29˚C).
  • Gunakan wadah yang berbahan dasar plastik, hindari wadah yang terbuat dari logam.
  • Air yang digunakan harus baru dan segar, pH 6.5–7.5, bebas klorin dan desinfektan.
  • Cuci tempat vaksin dan alat vaksinasi dengan air biasa, tanpa klorin atau desinfektan.
  • Vaksinator harus terlatih, tata cara dan prosedur vaksinasi harus diikuti dengan benar.
  • Segera berikan suplemen atau multivitamin setelah vaksinasi untuk mengurangi stress.

C. VAKSINASI MELALUI AIR MINUM
  • Pemakaian klorin dan desinfektan air minum dihentikan 24 jam sebelum vaksinasi.
  • Ayam dipuasakan 1-2 jam sebelum vaksinasi. Jika suhu lebih dari 30˚C sebaiknya 1 jam saja.
  • Disiapkan air, susu skim, dan vaksin dalam jumlah yang tepat. Jumlah air yang dibutuhkan adalah sejumlah air yang habis diminum ayam selama 1-2 jam.
  • Karena setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan 1 liter air untuk setiap umur, maka dapat digunakan rumusan sebagai berikut:
          Jumlah air yang dibutuhkan  =  Jumlah Ayam  x  Umur Ayam
                                                                                         1000             
  •  Setelah jumlah air ditentukan, susu skim dengan dosis 2 gram per liter air dimasukkan dalam air minum. Untuk daerah beriklim panas sebaiknya ditambahkan es batu. Susu skim berfungsi sebagai pelindung vaksin dari berinteraksi dengan bahan-bahan dalam air untuk menjaga kualitas vaksin.
  • Untuk daerah dengan kualitas air kurang bagus, disarankan untuk meningkatkan dosis susu skim dan/atau merebus air yang akan digunakan untuk vaksinasi.
  • Vaksin dicampurkan ke dalam air yang telah disiapkan, aduk hingga rata dan segera tuang ke tempat minum yang telah disediakan.
  • Agar pembagian vaksin merata, harus dihitung jumlah larutan vaksin yang harus dituang di setiap tempat minum (kontrol distribusi vaksin).
          Jumlah air di setiap tempat minum  =  Jumlah Air                      
                                                                       Jumlah Tempat Minum
  • Botol dan tutup botol bekas vaksin harus dibakar atau direndam dalam desinfektan.

D. VAKSINASI TETES
  • Penting untuk diperhatikan bahwa proses penetesan ke dalam mata haruslah tepat dan vaksin harus terserap sempurna ke dalam kelopak mata. Jangan terburu-buru melepaskan ayam jika tetesan belum terserap sempurna.
  • Harus dihindari penjaringan ayam yang terlalu banyak (maksimal 200 ekor sekali jaring), agar ayam tidak stres terlalu lama ketika menunggu divaksin.
  • Untuk menghindari turunnya efektifitas vaksin, sebaiknya larutan vaksin dibagi kedalam beberapa alat penetes sesuai jumlah vaksinator (setelah dilarutkan, vaksin harus habis dalam waktu 30 menit).
E. VAKSINASI SUNTIK
  • Sebelum dilakukan vaksinasi harus dicek dulu fungsi injektor dengan cara dilakukan uji coba dengan air. Jika injektor rusak atau tidak lancar, jangan digunakan. Jika kotor, dicuci dengan air panas.
  • Vaksin yang keluar dari refrigerator sebaiknya ditunggu beberapa saat sampai suhunya mendekati suhu lingkungan. Dapat juga dilakukan thawing dengan cara vaksin dari refrigerator direndam dalam air biasa agar lebih cepat mencapai suhu lingkungan.
  • Sebelum atau saat melakukan kegiatan vaksinasi, sesering mungkin botol vaksin dikocok untuk menghindari pengendapan komponen vaksin
Pada program vaksinasi, vaksin yang pertama diberikan disebut priming vaksin. Pada priming vaksin digunakan live vaksin kemudian dilakukan booster. Pada booster dapat digunakan live maupun killed vaksin. Berikut ini beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam program vaksinasi pada ayam petelur (layer):
  • Pada ayam petelur, sebelum puncak produksi seharusnya vaksin sudah masuk.
  • Vaksinasi starter dan grower (priming): Menggunakan vaksin hidup ( 4 kali vaksin ND, 2-3 kali vaksin IB, 2 kali vaksin IBD, dan 1 kali vaksin AE).
  • Vaksin prelayer dan layer: menggunakan vaksin mati (booster), sebelum bertelur (ND-IB-EDS), pada saat bertelur diulang vaksinasi ND dan IB.
  • Jangan melakukan vaksinasi terhadap penyakit yang tidak/belum ada di farm dan sekitarnya karena jika dilakukan sama halnya dengan memasukkan penyakit baru.
  • Vaksinasi ND dilakukan sampai akhir produksi ayam,
  • Vaksinasi ILT dilakukan 1 kali di atas umur 6 minggu,
  • Vaksinasi EDS (Egg Drop Syndrom) 1 kali sebelum bertelur, dan pox 1 kali.
  • Vaksinasi IB dilakukan sampai berumur 50 minggu, karena setelah berumur 50 minggu IB tidak berbahaya.
  • Vaksin coryza (dengan bakterin) dilakukan pada masa grower, diberikan minimal 2 kali dengan jarak 9 minggu. Jika kasus coryza di lapangan tinggi, vaksinasi dilakukan 3 kali yaitu 2 kali saat grower dan 1 kali sebelum produksi
Tabel contoh program vaksinasi pada ayam petelur (layer)
UMURVAKSINTIPE VACAPLICATION
1 hariND-IBLiveEye Drop
3 hariCocci vaccineLiveSpray Feed
1 mingguNDKilledSC
2 mingguIBD VaccineLiveD.W
3 mingguND-IBLiveD.W
23 hariIBDLiveD.W
5 mingguAI Vaccine 
ND
Killed 
Live
S.C 
D.W
6 mingguILT VaccineLiveEye Drop
7 mingguCoryza I 
Fowl Pox
Killed 
Live
I.M 
W.W
10 mingguND -IBLiveD.W
14 mingguAIKilledI.M
15 mingguND vaccineLiveD.W
16 mingguCoryza IIKilledI.M
17 mingguND-EDS-IBKilledIM
Keterangan:
Eye drop: tetes mata
Spray feed: disemprotkan pada pakan
SC: subkutan (di bawah kulit)
DW: drinking water (air minum)
IM: intra muskuler (masuk ke otot)
WW: wing web (sayap)

Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar