Pembuatan Program Vaksinasi pada Ayam

Posted by Unknown On Senin, 13 Januari 2014 0 komentar
Pertimbangan pembuatan program vaksinasi
  1. What are the majors illnesses in your area? (kejadian penyakit paling sering)
  2. What is the level of the field challenge? (level kejadian di lapangan)
  3. What would be the consequences of the illnesses? (konsekuensi/akibat penyakit)
  4. What is the cost of the vaccination programm? (Biaya program vaksinasi)

Perlu diperhatikan bahwa:
  • Status penyakit yang berbeda memerlukan program vaksinasi yang berbeda.
  • Suatu program vaksinasi yang sudah memberikan hasil yang memuaskan tidak boleh dirubah dengan alasan apapun.
  • Jangan memberikan vaksin yang tidak ada penyakit/belum pernah ada penyakit di peternakan.

Kegagalan Vaksinasi
Akibat dari kegagalan vaksinasi adalah sistem imun tidak terstimulasi dan Anda hanya akan menghabiskan biaya tanpa ada hasilnya. Kegagalan vaksinasi terjadi karena beberapa sebab:
  • Kegagalan mekanik meliputi kesalahan penyimpanan dan pengenceran.
  • Kesalahan aplikasi seperti teknik vaksinasi dan jadwal membuat vaksinasi tidak optimal sehingga vaksin tidak dapat menstmulasi/menggertak sistem imun.
  • Kekurangan jumlah antigen dalam vaksin.
  • Dosis vaksin yang berlebih  membuat vaksin dibuang ke lingkungan. Akibatnya terjadi rolling virus dan dapat terjadi virus yang lebih resisten.
  • Rute pemberian vaksin juga mempengaruhi efektifitas vaksinasi.
  • Maternal antibodi (antibodi/kekebalan bawaan dari induk) yang tinggi menghambat perbanyakan virus sehingga jumlah virus tidak dapat menstimulasi/merangsang imunitas pada ayam.
  • Strain virus yang tidak cocok dengan vaksin membuat ayam belum terlindungi terhadap virus tersebut. Atau munculnya virus baru yang tidak terlindungi oleh vaksin.
  • Kasus imunosupresi seperti pada infeksi gumboro, Marek’s, Chicken Anemia Virus (CAV), dan mikotoksin yang berlebihan membuat vaksinasi tidak optimal.
  • Segala bentuk infeksi yang terjadi sebelum vaksinasi.

Monitoring hasil vaksinasi
  • Pemeriksaan serum (HI, ELISA) atau uji tantang 3-4 minggu setelah vaksinasi.
  • Titer antibodi dimonitor dengan randomsample 20-25 ekor ayam untuk tiap kelompok/flock
  • Evaluasi titer antibodi kegunaannya sangat terbatas karena tidak dapat memberi gambaran mengenai kekebalan lokal pada membrana mukosa yang sangat penting artinya dalam pencegahan infeksi
——————————————————————————————————————————————————————
——————————————————————————————————————————————————————
A. PENYIMPANAN VAKSIN
  • Vaksin harus disimpan dalam refrigerator bersuhu 2-8˚C (bukan freezer), terhindar dari panas dan sinar matahari langsung.
  • Apabila hendak mengangkut vaksin ke tempat yang jauh, vaksin harus ditempatkan dalam wadah yang memiliki daya isolasi cukup baik terhadap suhu luar (misal: termos atau sterofoam box), dengan diberi es batu di dalamnya.
B. KONDISI YANG HARUS DIPERHATIKAN
  • Jenis, dosis, dan waktu pemberian vaksin harus tepat. Vaksin belum kadaluwarsa.
  • Pastikan ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat (ayam sakit tidak boleh divaksin).
  • Jangan melakukan kegiatan vaksinasi saat suhu udara sangat panas (maksimal 29˚C).
  • Gunakan wadah yang berbahan dasar plastik, hindari wadah yang terbuat dari logam.
  • Air yang digunakan harus baru dan segar, pH 6.5–7.5, bebas klorin dan desinfektan.
  • Cuci tempat vaksin dan alat vaksinasi dengan air biasa, tanpa klorin atau desinfektan.
  • Vaksinator harus terlatih, tata cara dan prosedur vaksinasi harus diikuti dengan benar.
  • Segera berikan suplemen atau multivitamin setelah vaksinasi untuk mengurangi stress.
C. VAKSINASI MELALUI AIR MINUM
  • Pemakaian klorin dan desinfektan air minum dihentikan 24 jam sebelum vaksinasi.
  • Ayam dipuasakan 1-2 jam sebelum vaksinasi. Jika suhu lebih dari 30˚C sebaiknya 1 jam saja.
  • Disiapkan air, susu skim, dan vaksin dalam jumlah yang tepat. Jumlah air yang dibutuhkan adalah sejumlah air yang habis diminum ayam selama 1-2 jam.
  • Karena setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan 1 liter air untuk setiap umur, maka dapat digunakan rumusan sebagai berikut:
          Jumlah air yang dibutuhkan  =  Jumlah Ayam  x  Umur Ayam
                                                                                         1000             
  •  Setelah jumlah air ditentukan, susu skim dengan dosis 2 gram per liter air dimasukkan dalam air minum. Untuk daerah beriklim panas sebaiknya ditambahkan es batu. Susu skim berfungsi sebagai pelindung vaksin dari berinteraksi dengan bahan-bahan dalam air untuk menjaga kualitas vaksin.
  • Untuk daerah dengan kualitas air kurang bagus, disarankan untuk meningkatkan dosis susu skim dan/atau merebus air yang akan digunakan untuk vaksinasi.
  • Vaksin dicampurkan ke dalam air yang telah disiapkan, aduk hingga rata dan segera tuang ke tempat minum yang telah disediakan.
  • Agar pembagian vaksin merata, harus dihitung jumlah larutan vaksin yang harus dituang di setiap tempat minum (kontrol distribusi vaksin).
          Jumlah air di setiap tempat minum  =  Jumlah Air                                           
                                                                                 Jumlah Tempat Minum
  • Botol dan tutup botol bekas vaksin harus dibakar atau direndam dalam desinfektan.
D. VAKSINASI TETES
  • Penting untuk diperhatikan bahwa proses penetesan ke dalam mata haruslah tepat dan vaksin harus terserap sempurna ke dalam kelopak mata. Jangan terburu-buru melepaskan ayam jika tetesan belum terserap sempurna.
  • Harus dihindari penjaringan ayam yang terlalu banyak (maksimal 200 ekor sekali jaring), agar ayam tidak stres terlalu lama ketika menunggu divaksin.
  • Untuk menghindari turunnya efektifitas vaksin, sebaiknya larutan vaksin dibagi kedalam beberapa alat penetes sesuai jumlah vaksinator (setelah dilarutkan, vaksin harus habis dalam waktu 30 menit).
E. VAKSINASI SUNTIK
  • Sebelum dilakukan vaksinasi harus dicek dulu fungsi injektor dengan cara dilakukan uji coba dengan air. Jika injektor rusak atau tidak lancar, jangan digunakan. Jika kotor, dicuci dengan air panas.
  • Vaksin yang keluar dari refrigerator sebaiknya ditunggu beberapa saat sampai suhunya mendekati suhu lingkungan. Dapat juga dilakukan thawing dengan cara vaksin dari refrigerator direndam dalam air biasa agar lebih cepat mencapai suhu lingkungan.
  • Sebelum atau saat melakukan kegiatan vaksinasi, sesering mungkin botol vaksin dikocok untuk menghindari pengendapan komponen vaksin
F. CONTOH PROGRAM VAKSINASI PADA AYAM BROILER
Contoh program vaksinasi pada ayam broiler:
UMUR(HARI)
VAKSINASI
APLIKASI
Alt 1Alt 2Alt 3Alt 4
3–5ND LasotaND LasotaND LasotaND LasotaTetes
ND Lasota + IBND Lasota + IBND Lasota + IBND Lasota + IBTetes
ND ViscerotropicND ViscerotropicND ViscerotropicND ViscerotropicSpray
--ND KilledND KilledSuntik
7-IBD Intermediate-IBD IntermediateMinum
12–14IBD IntermediateIBD IntermediateIBD IntermediateIBD IntermediateMinum
18–21ND LasotaND LasotaND LasotaND LasotaMinum
Alt: Alternatif

UMURVAKSINTIPE VACAPLICATION
1 hariND-IBLiveEye Drop (tetes mata)
7 hariNDKilledSC (suntik subkutan)
12 hariIBD VaccineLiveDW (air minum)
19 hariNDLiveD.W (air minum)
G. CONTOH PROGRAM VAKSINASI PADA AYAM LAYER
Pada program vaksinasi, vaksin yang pertama diberikan disebut priming vaksin. Pada priming vaksin digunakan live vaksin kemudian dilakukan booster. Pada booster dapat digunakan live maupun killed vaksin. Berikut ini beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam program vaksinasi pada ayam petelur (layer):
  • Pada ayam petelur, sebelum puncak produksi seharusnya vaksin sudah masuk.
  • Vaksinasi starter dan grower (priming): Menggunakan vaksin hidup ( 4 kali vaksin ND, 2-3 kali vaksin IB, 2 kali vaksin IBD, dan 1 kali vaksin AE).
  • Vaksin prelayer dan layer: menggunakan vaksin mati (booster), sebelum bertelur (ND-IB-EDS), pada saat bertelur diulang vaksinasi ND dan IB.
  • Jangan melakukan vaksinasi terhadap penyakit yang tidak/belum ada di farm dan sekitarnya karena jika dilakukan sama halnya dengan memasukkan penyakit baru.
  • Vaksinasi ND dilakukan sampai akhir produksi ayam,
  • Vaksinasi ILT dilakukan 1 kali di atas umur 6 minggu,
  • Vaksinasi EDS (Egg Drop Syndrom) 1 kali sebelum bertelur, dan pox 1 kali.
  • Vaksinasi IB dilakukan sampai berumur 50 minggu, karena setelah berumur 50 minggu IB tidak berbahaya.
  • Vaksin coryza (dengan bakterin) dilakukan pada masa grower, diberikan minimal 2 kali dengan jarak 9 minggu. Jika kasus coryza di lapangan tinggi, vaksinasi dilakukan 3 kali yaitu 2 kali saat grower dan 1 kali sebelum produksi
Tabel contoh program vaksinasi pada ayam petelur (layer)
UMURVAKSINTIPE VACAPLICATION
1 hariND-IBLiveEye Drop
3 hariCocci vaccineLiveSpray Feed
1 mingguNDKilledSC
2 mingguIBD VaccineLiveD.W
3 mingguND-IBLiveD.W
23 hariIBDLiveD.W
5 mingguAI Vaccine 
ND
Killed 
Live
S.C 
D.W
6 mingguILT VaccineLiveEye Drop
7 mingguCoryza I 
Fowl Pox
Killed 
Live
I.M 
W.W
10 mingguND -IBLiveD.W
14 mingguAIKilledI.M
15 mingguND vaccineLiveD.W
16 mingguCoryza IIKilledI.M
17 mingguND-EDS-IBKilledIM
Keterangan:
Eye drop: tetes mata
Spray feed: disemprotkan pada pakan
SC: subkutan (di bawah kulit)
DW: drinking water (air minum)
IM: intra muskuler (masuk ke otot)
WW: wing web (sayap)

Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar