Tampilkan postingan dengan label jenis vaksin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jenis vaksin. Tampilkan semua postingan

Vaksin dan Vaksinasi (Vaccine and Vaccination)

Posted by Unknown On Senin, 13 Januari 2014 0 komentar

Pengertian dan Jenis Vaksin

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu dengan memberikan antigen yang diperoleh dari agen infeksius (virus, bakteri) pada ternak sehingga sistem imun (kekebalan tubuh) dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.
Vaksin dibagi menjadi dua, yaitu vaksin hidup (live vaccine) dan vaksin mati (killed vaccine). Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan).
Kelebihan vaksin hidup (live vaccine):
  • Kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin hidup (live vaccine) sama dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami.
  • Merangsang pembentukan antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu masuk antigen.
  • Tidak perlu adjuvan
Kekurangan vaksin hidup (live vaccine):
  • Bahaya agen infeksi (virus, bakteri) menjadi lebih virulen (ganas) selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin.
  • Penyimpanan dan masa berlaku vaksin yang terbatas.
  • Diperlukan stabilisator dalam penyimpanan.
  • Tingginya resiko tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan.
Kelebihan vaksin mati (killed vaccine):
  • Tidak menyebabkan penyakit akibat pembalikan virulensi.
  • Lebih stabil dalam penyimpanan.
Kekurangan vaksin mati (killed vaccine):
  • Perlu perhatian lebih pada saat pembuatan untuk memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin.
  • Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi (booster) yang dapat menimbulkan reaksi-reaklsi hipersensitivitas.
  • Pemberian secara parenteral memberikan perlindungan yang terbatas.
  • Resistensi lokal pada pintu-pintu masuk alamiah/multiplikasi utama infeksi virus tidak terjadi.
  • Memerlukan adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.

Kegagalan Vaksinasi 

Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan vaksinasi antara lain:
Vaksin
  • Life span (masa berlaku) vaksin yang sudah lewat atau kadaluwarsa menyebabkan vaksin tidak berguna apabila digunakan karena tidak akan menghasilkan imunitas yang diharapkan.
  • Apabila temperatur pada saat penyimpanan dan transportasi vaksin di atas 4oC, maka vaksin akan kehilangan potensinya.
  • Demikian pula vial dan bahan asal vial yang tidak memenuhi syarat juga dapat menyebabkan vaksin kehilangan potensinya.
  •  Bahan pengencer yang disediakan berkualitas rendah. Seringkali digunakan bahan pengencer berupa air sumur, air destilasi atau garam fisiologis, hal ini tidak dibenarkan. Perlu dicatat bahwa bahan pengencer yang digunakan adalah yang telah disediakan oleh pabrik pembuat vaksin. Bahan pengencer tidak boleh dicampur atau ditambahkan zat apapun.
Cara Vaksinasi
Secara khusus dosis dan cara/route pemberian vaksin tertentu sudah ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai aturan dapat terjadi kegagalan vaksinasi. Jarum suntik dan dropper yang tidak steril dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin.
  • Salah dosis, kekurangan dosis vaksin akan menimbulkan imunitas yang kurang. Kelebihan dosis akan menimbulkan immunotolerant dan harga vaksin menjadi mahal.
  • Bahan pengencer yang tidak steril menjadikan vaksin tidak murni lagi. Kadang-kadang peternak menggunakan bahan pengencer berupa air ledeng yang mengandung chlorin, sehingga vaksin kurang menghasilkan potensi antigenisitasnya dan menyebabkan timbulnya antibodi yang kurang.
  • Route pemberian vaksin yang sering digunakan antara lain : intra muskuler (injeksi serabut otot), tetes hidung (intra nasal), tetes mata (intra oculer), subkutan (di bawah kulit). Route pemberian vaksin harus dilakukan sesuai petunjuk produsen vaksin. Kesalahan route pemberianvaksin menyebabkan potensi imunitas yang dihasilkan kurang memuaskan.
  • Jadwal pemberian vaksin seringkali tidak diperhatikan peternak. Beberapa vaksin harus diulang pemberiannya dan dikenal dengan istilahboosterApabila rangkaian pemberian vaksin yang mungkin terdiri dari booster I dan booster II dan seterusnya tidak lengkap dilakukan, maka imunitas yang diharapkan tidak akan tercapai.
Antibodi Maternal
Antibodi maternal adalah antibodi yang berasal dari induk yang diturunkan kepada anak. Pada ayam maternal antibodi diturunkan melalui kuning telur. Kegunaan antibodi tersebut adalah untuk ketahanan tubuh anak terutama pada awal-awal kehidupannya. Antibodi ini diperoleh secara pasif. Vaksinasi yang dilakukan pada saat antibodi maternal masih ada dalam darah sirkulasi, artinya belum secara total dikatabolisme, maka vaksin yang diberikan akan percuma, karena akan dinetralisir oleh antibodi maternal.
Cold Storage (pendingin)
Vaksin harus dipertahankan tetap dingin dari mulai dikeluarkan oleh pabrik pembuat sampai pada saat akan diberikan kepada ternak. Vaksin dan bahan pengencer kadang-kadang menjadi satu tempat, akan tetapi kadang juga terpisah dengan temperatur penyimpanan yang berbeda, hal ini tergantung dari pabrik pembuat vaksin. Tindakan yang lebih hati-hati adalah apabila selama transportasi vaksin ditempatkan di ice box sehingga temperatur yang rendah dapat selalu dipertahankan.  
Kemampuan Membentuk Antibodi
Vaksin yang diberikan akan berhubungan langsung dengan status imun ternak yang menerima vaksin. Immunocompetence adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan kemampuan membangun antibodi yang dimiliki oleh ternak. Immunocompetence sangat dipengaruhi oleh faktor kongenital (bawaan lahir) dan faktor lingkungan. Pada ayam faktor kongenital yang banyak berperan adalah organ-organ limfoid, yang terdiri atas :bursa fabricius pada ayam, thymus, lien yang akan menghasilkan sel-sel limfosit. Bursa fabricius merupakan tempat pendewasaan dan deferensiasi sel-sel limfosit B yang berperan dalam antibodi humoral, sedangkan thymus berperan sebagai tempat pendewasaan sel-sel limfosit T yang berperan bagi pembentukan antibodi seluler. Apabila ada gangguan pembentukan antibodi oleh organ-organ limfoid di atas maka kekebalan tubuh yang terbentuk pun akan terganggu. Faktor lingkungan yang berperan menentukan immunocompetence ternak adalah status nutrisi dan penyakit. Nutrisi yang jelek terutama kandungan protein yang rendah akan menurunkan immunocompetence. Temperatur yang tinggi dan tingginya curah hujan juga akan menyebabkan stress pada ternak yang juga dapat menurunkan immunocompetence. Penyakit-penyakit strategis pada ayam yang sering menyebabkan hambatan imunitas (immunocompetence) adalah IBD (gumboro) dan ND.
Mycotoxin / mikotoksin (racun dari jamur) dalam pakan
Adanya mikotoksin yang masuk ke dalam tubuh ternak bersama dengan biji-bijian pakan ternak akan menyebabkan keracuinan dan menurunkanimmunocompetence. Mikotoksin mudah berkembang pada lingkungan dengan temperatur tinggi dan kelembaban yang tinggi, seperti di negara-negara tropis, termasuk Indonesia.
Kontaminan pakan
Pestisida yang mencemari biji-bijian pakan diindikasikan sebagi salah satu faktor penyebab rendahnya immunocompetence. Hal ini berkaitan dengan efek pestisida yang menyebabkan limfositoksik (keracunan pada sel-sel limfosit). Hal ini akan menyebabkan kegagalan vaksinasi. Logam berat, seperti Cu, Cd, dan Pb seringkali mencemari pakan. Logam-logam tersebut berasal dari limbah industri, pupuk kimia, rodentisida, asap mobil, cat dan herbisida yang mencemari udara, air dan pakan. Apabila pakan tercemar tersebut masuk ke tubuh ternak maka hal ini merupakan faktor penghambat imunitas ternak.

Upaya Mengatasi Kegagalan Vaksinasi

Ada beberapa tindakan untuk mengatasi kegagalan program vaksinasi, yaitu :
  • Vaksin harus diperoleh dari sumber terpercaya. Lihat batas waktu pemakaian dan pilih vaksin yang masih panjang batas waktu pemakaiannya.
  • Selama transportasi vaksin, hindarkan vaksin dari kontaminasi dan cahaya matahari. Tindakan yang paling aman adalah menyimpan vaksin dalam termos atau ice box.
  • Apabila vaksin disimpan, usahakan temperatur penyimpanan sesuai petunjuk pabrik. Baca secara hati-hati petunjuk penyimpanan. Kadang-kadang antara vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur yang berbeda.
  • Vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau sore hari untuk mencegah stress.
  • Monitoring kualitas pakan, jangan sampai mengandung mikotoksin, karena mikotoksin dengan kadar tertentu dapat menunrunkanimmunocompetence (tergantung jenis mikotoksin).
  • Pada vaksin yang dicampur air minum, maka perhitungan volume air yang digunakan harus tepat, hal ini disesuaikan dengan umur ayam dan kondisi iklim, karena konsumsi air bervariasi tergantung cuaca dan umur. Harus dihindari air yang mengandung chlor atau desinfektan. Vial vaksin harus dibuka di dalam air minum untuk menghindari kontaminasi udara.
  • Dianjurkan diberi obat cacing pada ayam grower dan finisher, kira-kira seminggu sebelum vaksinasi untuk mencapai hasil yang optimal.
  • Bisa diberikan adjuvant atau immunomodulator untuk mencapai immunocompetence yang diharapkan.  

Artikel ini ditulis berdasarkan sumber dari Drh. Imbang Dwi Rahayu, MKes. (Staf Pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang) yang berjudul Tindakan-tindakan Pencegahan Penyakit. – dengan beberapa perubahan-

Sumber:
READ MORE
VAKSINASI

A. PENYIMPANAN VAKSIN
  • Vaksin harus disimpan dalam refrigerator bersuhu 2-8˚C (bukan freezer), terhindar dari panas dan sinar matahari langsung.
  • Apabila hendak mengangkut vaksin ke tempat yang jauh, vaksin harus ditempatkan dalam wadah yang memiliki daya isolasi cukup baik terhadap suhu luar (misal: termos atau sterofoam box), dengan diberi es batu di dalamnya.

B. KONDISI YANG HARUS DIPERHATIKAN
  • Jenis, dosis, dan waktu pemberian vaksin harus tepat. Vaksin belum kadaluwarsa.
  • Pastikan ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat (ayam sakit tidak boleh divaksin).
  • Jangan melakukan kegiatan vaksinasi saat suhu udara sangat panas (maksimal 29˚C).
  • Gunakan wadah yang berbahan dasar plastik, hindari wadah yang terbuat dari logam.
  • Air yang digunakan harus baru dan segar, pH 6.5–7.5, bebas klorin dan desinfektan.
  • Cuci tempat vaksin dan alat vaksinasi dengan air biasa, tanpa klorin atau desinfektan.
  • Vaksinator harus terlatih, tata cara dan prosedur vaksinasi harus diikuti dengan benar.
  • Segera berikan suplemen atau multivitamin setelah vaksinasi untuk mengurangi stress.

C. VAKSINASI MELALUI AIR MINUM
  • Pemakaian klorin dan desinfektan air minum dihentikan 24 jam sebelum vaksinasi.
  • Ayam dipuasakan 1-2 jam sebelum vaksinasi. Jika suhu lebih dari 30˚C sebaiknya 1 jam saja.
  • Disiapkan air, susu skim, dan vaksin dalam jumlah yang tepat. Jumlah air yang dibutuhkan adalah sejumlah air yang habis diminum ayam selama 1-2 jam.
  • Karena setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan 1 liter air untuk setiap umur, maka dapat digunakan rumusan sebagai berikut:
          Jumlah air yang dibutuhkan  =  Jumlah Ayam  x  Umur Ayam
                                                                                         1000             
  •  Setelah jumlah air ditentukan, susu skim dengan dosis 2 gram per liter air dimasukkan dalam air minum. Untuk daerah beriklim panas sebaiknya ditambahkan es batu. Susu skim berfungsi sebagai pelindung vaksin dari berinteraksi dengan bahan-bahan dalam air untuk menjaga kualitas vaksin.
  • Untuk daerah dengan kualitas air kurang bagus, disarankan untuk meningkatkan dosis susu skim dan/atau merebus air yang akan digunakan untuk vaksinasi.
  • Vaksin dicampurkan ke dalam air yang telah disiapkan, aduk hingga rata dan segera tuang ke tempat minum yang telah disediakan.
  • Agar pembagian vaksin merata, harus dihitung jumlah larutan vaksin yang harus dituang di setiap tempat minum (kontrol distribusi vaksin).
          Jumlah air di setiap tempat minum  =  Jumlah Air
                                                                                 Jumlah Tempat Minum
  • Botol dan tutup botol bekas vaksin harus dibakar atau direndam dalam desinfektan.

D. VAKSINASI TETES
  • Penting untuk diperhatikan bahwa proses penetesan ke dalam mata haruslah tepat dan vaksin harus terserap sempurna ke dalam kelopak mata. Jangan terburu-buru melepaskan ayam jika tetesan belum terserap sempurna.
  • Harus dihindari penjaringan ayam yang terlalu banyak (maksimal 200 ekor sekali jaring), agar ayam tidak stres terlalu lama ketika menunggu divaksin.
  • Untuk menghindari turunnya efektifitas vaksin, sebaiknya larutan vaksin dibagi kedalam beberapa alat penetes sesuai jumlah vaksinator (setelah dilarutkan, vaksin harus habis dalam waktu 30 menit).

E. VAKSINASI SUNTIK
  • Sebelum dilakukan vaksinasi harus dicek dulu fungsi injektor dengan cara dilakukan uji coba dengan air. Jika injektor rusak atau tidak lancar, jangan digunakan. Jika kotor, dicuci dengan air panas.
  • Vaksin yang keluar dari refrigerator sebaiknya ditunggu beberapa saat sampai suhunya mendekati suhu lingkungan. Dapat juga dilakukan thawing dengan cara vaksin dari refrigerator direndam dalam air biasa agar lebih cepat mencapai suhu lingkungan.
  • Sebelum atau saat melakukan kegiatan vaksinasi, sesering mungkin botol vaksin dikocok untuk menghindari pengendapan komponen vaksin.
Contoh program vaksinasi pada ayam broiler:
UMUR(HARI)
VAKSINASI
APLIKASI
Alt 1Alt 2Alt 3Alt 4
3–5ND LasotaND LasotaND LasotaND LasotaTetes
ND Lasota + IBND Lasota + IBND Lasota + IBND Lasota + IBTetes
ND ViscerotropicND ViscerotropicND ViscerotropicND ViscerotropicSpray
--ND KilledND KilledSuntik
7-IBD Intermediate-IBD IntermediateMinum
12–14IBD IntermediateIBD IntermediateIBD IntermediateIBD IntermediateMinum
18–21ND LasotaND LasotaND LasotaND LasotaMinum

UMURVAKSINTIPE VACAPLICATION
1 hariND-IBLiveEye Drop (tetes mata)
7 hariNDKilledSC (suntik subkutan)
12 hariIBD VaccineLiveDW (air minum)
19 hariNDLiveD.W (air minum)

BIOSECURITY
Biosekuritas (biosecurity) adalah perlindungan dari penyebaran penyakit infeksius, parasit, dan hama ke unit produksi. Biosekuriti (biosecurity) dapat juga diartikan sebagai beberapa prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak antara ayam dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit sehingga dapat menekan resiko dan konsekuensi penularan penyakit. Dengan demikian, biosekuriti (biosecurity) dapat dikatakan sebagai pertahanan terdepan pada suatu peternakan. Penjelasan tentang biosecurity telah kami jelaskan pada artikel kami Biosecurity (biosekuritas). Klik link.
Beberapa contoh pelaksanaan biosecurity dalam peternakan ayam broiler di antaranya klorinasi air minum dan penggunaan desinfektan.
PEMBUATAN LARUTAN KLORIN
1 kg kaporit 65% (bubuk) dilarutkan dalam 72 liter air, aduk kemudian diamkan selama 24 jam sampai mengendap. Ambil bagian larutan yang bening untuk dicampurkan ke dalam air minum, dengan takaran sbb:
Larutan Kaporit (ml)Air Minum (liter)Konsentrasi
1 ml
5 ml
10 ml
10 liter
10 liter
10 liter
1 ppm
5 ppm
10 ppm
Hindari kondisi yang dapat mengurangi efektifitas klorin, antara lain: panas, sinar matahari, lumut, lendir, dsb. Wadah harus tertutup rapat untuk menghindari penguapan.

PEMBUATAN LARUTAN DESINFEKTAN
DesinfektanDosisKeterangan
Fumigasi

21 ml formalin 37%
21 ml air
17 gram PK
Fumigasi 1 m3 ruangan.
Desinfeksi saat transfer
pakan dan fumigasi sekam.
Formalin 2%1 liter formalin 37%
19 liter air
Desinfeksi saat transfer
pakan dan sanitasi kandang.
BKC 10%2 ml per liter air
6 ml per liter air
Foot dipping.
Desinfeksi peralatan.
Klorin

5 ppm
10 ppm
Desinfeksi air minum.
Desinfeksi peralatan minum.

Sumber:
READ MORE